Selasa, 17 Maret 2009

PENGEMBANGAN TEKNOLOGI INFORMATIKA DAN KOMUNIKASI UNTUK MENINGKATKAN MUTU BELAJAR DAN PEMBELAJARAN DI SEKOLAH

I. PENDAHULUAN

Seluruh aspek kehidupan dewasa ini mengalami perubahan, dan hanya satu hal yang tidak berubah yaitu “perubahan” itu sendiri. Apa yang dipahami orang sebagai suatu pengetahuan yang baku ini dimasa lalu kini mulai terusik, dan dipertanyakan kembali. Seperangkat teori dalam disiplin ilmu apapun, kini mengalami pengkajian ulang, validasi dan bahkan revisi. Apalagi berbagai instrument teknis dan fasilitas dalam kehidupan keseharian kita, terasa begitu dimiliki dan digunakan, telah menjadi kuno atau old fashion. Fenomena yang demikian ini tak terkecuali juga terjadi dalam konteks pendidikan.

Secara umum disepakati bahwa pendidikan merupakan entitas yang mempunyai kontribusi besar untuk mewujudkan adanya perubahan. Yang menarik adalah pendidikan itu sendiri bergumul dengan perubahan dalam dirinya dan perubahan lain yang berada diluar dirinya. Dengan demikian, pendidikan sebenarnya hanya akan berhasil menciptakan perubahan secara terarah dan efektif, jika dia memenangkan pergumulan tersebut. Tegasnya, jika pendidikan justru ditinggalkan oleh perubahan -bertahan pada status quo- tentu akan sulit memerankan fungsinya yang paling vital, yaitu pemberdayaan manusia.

Salah satu tugas utama pendidikan adalah menciptakan adanya perubahan dalam masyarakat menuju kondisi yang lebih baik. Fungsi sosial change ini tentu tidak akan terlaksana dengan baik jika pendidikan mengalami kejumudan dan mempertahankan status quo. Pendidikan pembelajaran yang berlangsung secara alamiyah, dalam arti tanpa didukung oleh inovasi dan perangkat teknologis yang memadai, atau tanpa “dibudidayakan” dan didayakan, tentu akan kesulitan mengimbangi dan menghadapi laju perkembangan masyarakat. Upaya dan hasil monumental dari pembudidayaan dan pemberdayaan pendidikan tersebut adalah dikembangkannya teori-teori belajar dan penggunaan teori komunikasi dalam proses pendidikan. Kedua hal ini telah secara revolusioner dan signifikan mengubah dunia pendidikan. Berbagai tantangan juga harus dihadapi oleh dunia pendidikan yang berhubungan dengan teori komunikasi, yaitu pemanfaatan Teknologi Informasi dan Komunikasi ( TIK ). Sejumlah perubahan paradigma di dalam proses pembelajaran perlu dilakukan agar kita siap memanfaatkan Teknologi Informasi dan Komunikasi ( TIK ) tersebut. Perlu kita ketahui, bahwa TIK bukan hanya komputer dan internet saja, TIK juga melingkupi media informasi seperti radio dan televisi serta media komunikasi seperti telepon maupun telepon seluler dengan SMS, MMS, Music Player, Video Player, Kamera Foto Digital, dan Kamera Video Digital-nya serta e-Book Reader-nya. Jadi banyak media alternatif yang dapat dipilih oleh pengajar untuk menciptakan suasana pembelajaran yang menyenangkan dan berkesan. TIK yang termanfaatkan dengan baik dan tepat di dalam pendidikan akan memperluas kesempatan belajar, meningkatkan efisiensi, meningkatkan kualitas belajar, meningkatkan kualitas mengajar, memfasilitasi pembentukan keterampilan, mendorong belajar sepanjang hayat berkelanjutan, meningkatkan perencanaan kebijakan dan manajemen, serta mengurangi kesenjangan digital.

II. PEMANFAATAN TEKNOLOGI DAN INFORMASI (TIK)

Menurut pemanfaatannya, TIK di dalam pendidikan dapat dikategorisasikan menjadi 4 (empat) kelompok manfaat. Pertama, TIK sebagai Gudang Ilmu Pengetahuan, di kelompok ini TIK dimanfaatkan sebagai sebagai Referensi Ilmu Pengetahuan Terkini, Manajemen Pengetahuan, Jaringan Pakar Beragam Bidang Ilmu, Jaringan Antar Institusi Pendidikan, Pusat Pengembangan Materi Ajar, Wahana Pengembangan Kurikulum, dan Komunitas Perbandingan Standar Kompetensi. Kedua, TIK sebagai Alat bantu Pembelajaran, di dalam kelompok ini sekurang-kurangnya ada 3 fungsi TIK yang dapat dimanfaatkan sehari-hari di dalam proses belajar-mengajar, yaitu (1) TIK sebagai alat bantu guru yang meliputi: Animasi Peristiwa, Alat Uji Siswa, Sumber Referensi Ajar, Evaluasi Kinerja Siswa, Simulasi Kasus, Alat Peraga Visual, dan Media Komunikasi Antar Guru. Kemudian (2) TIK sebagai Alat Bantu Interaksi Guru-Siswa yang meliputi: Komunikasi Guru-Siswa, Kolaborasi Kelompok Studi, dan Manajemen Kelas Terpadu. Sedangkan (3) TIK sebagai Alat Bantu Siswa meliputi: Buku Interaktif , Belajar Mandiri, Latihan Soal, Media Illustrasi, Simulasi Pelajaran, Alat Karya Siswa, dan media Komunikasi Antar Siswa. Ketiga, TIK sebagai Fasilitas Pembelajaran, di dalam kelompok ini TIK dapat dimanfaatkan sebagai: Perpustakaan Elektronik, Kelas Virtual, Aplikasi Multimedia, Kelas Teater Multimedia, Kelas Jarak Jauh, Papan Elektronik Sekolah, Alat Ajar Multi-Intelejensia, Pojok Internet, dan Komunikasi Kolaborasi Kooperasi (Intranet Sekolah). Dan Keempat, TIK sebagai Infrastruktur Pembelajaran, di dalam kelompok ini TIK kita temukan dukungan teknis dan aplikatif untuk pembelajaran – baik dalam skala menengah maupun luas – yang meliputi: Ragam Teknologi Kanal Distribusi, Ragam Aplikasi dan Perangkat Lunak, Bahasa Pemrograman, Sistem Basis Data, Komputer Personal, Alat-Alat Digital, Sistem Operasi, Sistem Jaringan dan Komunikasi Data, dan Infrastruktur Teknologi Informasi (Media Transmisi).

Berangkat dari optimalisasi pemanfaatan TIK untuk pembelajaran tersebut diharapkan akan memberi sumbangsih besar dalam peningkatan kualitas SDM Indonesia yang cerdas dan kompetitif melalui pembangunan masyarakat berpengetahuan (knowledge-based society). Masyarakat yang tangguh karena memiliki kecakapan: (1) ICT and media literacy skills, (2) critical thinking skills, (3) problem-solving skills, (4) effective communication skills, dan (5) collaborative skills yang diperlukan untuk mengatasi setiap permasalahan dan tantangan hidupnya.

III. PERAN GURU DAN SISWA

Di dalam proses belajar-mengajar tentunya ada subjek dan objek yang berperan secara aktif, dinamik dan interaktif di dalam ruang belajar, baik di dalam kelas maupun di luar kelas. Guru dan siswa sama-sama dituntut untuk membuat suasana belajar dan proses transfer of knowledge–nya berjalan menyenangkan serta tidak membosankan. Oleh karena itu penataan peran Guru dan siswa di dalam kelas yang mengintegrasikan TIK di dalam pembelajaran perlu dipahami dan dimainkan dengan sebaik-baiknya. Kini di era pendidikan berbasis TIK, peran Guru tidak hanya sebagai pengajar semata namun sekaligus menjadi fasilitator, kolaborator, mentor, pelatih, pengarah dan teman belajar bagi Siswa. Karenanya Guru dapat memberikan pilihan dan tanggung jawab yang besar kepada siswa untuk mengalami peristiwa belajar. Dengan peran Guru sebagaimana dimaksud, maka peran Siswa pun mengalami perubahan, dari partisipan pasif menjadi partisipan aktif yang banyak menghasilkan dan berbagi (sharing) pengetahuan/keterampilan serta berpartisipasi sebanyak mungkin sebagaimana layaknya seorang ahli. Disisi lain Siswa juga dapat belajar secara individu, sebagaimana halnya juga kolaboratif dengan siswa lain.

Untuk mendukung proses integrasi TIK di dalam pembelajaran, maka Manajemen Sekolah, Guru dan Siswa harus memahami 9 (sembilan) prinsip integrasi TIK dalam pembelajaran yang terdiri atas prinsip-prinsip:

[1] Aktif: memungkinkan siswa dapat terlibat aktif oleh adanya proses belajar yang menarik dan bermakna.

[2] Konstruktif: memungkinkan siswa dapat menggabungkan ide-ide baru kedalam pengetahuan yang telah dimiliki sebelumnya untuk memahami makna atau keinginan tahuan dan keraguan yang selama ini ada dalam benaknya.

[3] Kolaboratif: memungkinkan siswa dalam suatu kelompok atau komunitas yang saling bekerjasama, berbagi ide, saran atau pengalaman, menasehati dan memberi masukan untuk sesama anggota kelompoknya.

[4] Antusiastik: memungkinkan siswa dapat secara aktif dan antusias berusaha untuk mencapai tujuan yang diinginkan.

[5] Dialogis: memungkinkan proses belajar secara inherent merupakan suatu proses sosial dan dialogis dimana siswa memperoleh keuntungan dari proses komunikasi tersebut baik di dalam maupun luar sekolah.

[6] Kontekstual: memungkinkan situasi belajar diarahkan pada proses belajar yang bermakna (real-world) melalui pendekatan ”problem-based atau case-based learning”

[7] Reflektif: memungkinkan siswa dapat menyadari apa yang telah ia pelajari serta merenungkan apa yang telah dipelajarinya sebagai bagian dari proses belajar itu sendiri.

[8] Multisensory: memungkinkan pembelajaran dapat disampaikan untuk berbagai modalitas belajar (multisensory), baik audio, visual, maupun kinestetik

[9] High order thinking skills training: memungkinkan untuk melatih kemampuan berpikir tingkat tinggi (seperti problem solving, pengambilan keputusan, dll.)

III. KESIMPULAN DAN PENUTUP

Sebagaimana kita ketahui bersama, tantangan terbesar negara kita dalam mencerdaskan bangsa adalah akses setiap masyarakat Indonesia ke sumber-sumber pengetahuan dan informasi pendidikan. Dan sebentar lagi kita akan meninggalkan abad ke 20 ini dan segera memasuki millennium ke 3. Pada era yang modern ini segala sesuatu berubah dengan cepat. Yang tidak berubah hanyalah perubahan itu sendiri. Apalagi nanti pada era pasca modern. Yang jelas dunia pendidikan akan segera memasuki pasar bebas. Pada saatnya nanti ‘bebas’ di sini, tidak hanya berlaku bagi pasar, komoditi, jasa, kualitas, dan kuantitas yang terkait langsung dengan sector ekonomi industry, namun juga dalam sector-sektor lain yang lebih luas, termasuk dalam pendidikan dan agama. Untuk itu kita yang terlibat dalam dunia pendidikan mempunyai pekerjaan besar yang sangat menantang.

Seiring dengan hal tersebut, kemajuan dalam bidang teknologi informatika sudah sedemikian cepat, dan nyaris tak terkejar oleh dunia pendidikan. Meskipun ini bisa diklaim sebagai hasil proses pendidikan. Seperti halnya computer, sudah tidak lagi merupakan barang mewah, namun sudah menjadi komoditi yang terjangkau hamper oleh semua lapisan masyarakat. Komunikasi global melalui Cyberspace sudah menjadi aktifitas harian yang dilakukan oleh berjuta-juta orang. Hal ini telah mengubah tuntutan kemampuan dasar dari sekedar “melek huruf” menjadi “melek computer” atau bahkan teknologi yang lain seperti internet, telephone seluler, VCD, dll. Ini sekali lagi menjadi salah satu agenda penting dalam dunia pendidikan.

Mencermati terhadap fenomena tersebut, rasanya tidak terelakkan lagi kebutuhan dan keharusan akan adanya teknologi informasi dan komunikasi pendidikan (TIK) : pemanfaatan dan penerapannya sebagai proses maupun produk dalam dunia pendidikan secara missal. “Gerakan” ini dapat dimulai dengan penyadaran terhadap pihak yang terlibat dengan pendidikan akan adanya perkembangan teknologi informasi dan komunikasi dan arti pentingnya dalam pendidikan. Setelah itu, mereka perlu diberdayakan baik dalam aspek pengetahuan, ketrampilan maupun akses terhadap teknologi. Kata kunci pemberdayaan berarti menyangkut factor manusianya. Sehingga apa yang direncanakan dalam meningkatkan mutu belajar dan pembelajaran bisa tercapai dengan, pemanfaatan, penerapan, dan pengembangan teknologi informasi dan komunikasi (TIK).

Sudah barang tentu dalam penulisan makalah ini masih banyak terdapat kekurangan dan jauh dari kata sempurna, namun penulis berharap makalah ini bisa bermanfaat dan sedikit sebagai sumbangsih pemikiran terhadap proses pendidikan.


DAFTAR PUSTAKA

Anderson, R.H, (1987) Pemilihan dan Pengembangan Media untuk Pembelajaran Rajawali, Jakarta

Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo, (1998) PBM-PAI DI SEKOLAH, Eksistensi Proses Belajar Mengajar Pendidikan Agama Islam, Pustaka Pelajar, Yogyakarta

http://kwarta.wordpress.com

Tidak ada komentar: