Rabu, 18 Februari 2009

TPQ "IQRO DAARUSSALAAM" SEBAGAI AKTUALISASI STRATEGI PEMBELAJARAN AKTIF

I. PENDAHULUAN
Ibarat makanan, satu jenis masakan yang dimasak oleh koki yang berbeda akan berakibat pada perbedaan rasa pada masakan tersebut. Hal ini dapat dibuktikan bahwa nasi goring yang dihidangkan oleh restoran tertentu dirasakan oleh pembeli lebih enak daripada nasi goreng yang berasal dari restoran lain. Oleh sebab itu, ada satu atau dua restoran yang pelanggannya rela antri untuk bisa makan, sementara restoran lain yang menghidangkan menu yang sama tidak menarik banyak pengunjung. Kenapa ini bisa terjadi? Jawabannya tentu bisa beragam, sesuai dengan selera pengunjung. Namun demikian, akan ada titik kesamaan jawaban jika pertanyaan tersebut ditanyakan kepada mereka, yaitu rasa masakannya yang lain.
Berbicara tentang rasa dari suatu masakan, tidak akan lepas dari koki yang telah meramu dan mengolah bahan mentah menjadi masakan yang siap saji. Berbicara tentang koki yang menyiapkan masakan, berarti berbicara tentang cara dia mengolah dan memberi bumbu sehingga dapat menghasilkan masakan yang lezat. Demikian juga dengan pembelajaran. Satu materi pembelajaran jika diajarkan oleh guru yang berbeda akan dirasakan oleh siswa dengan rasa yang berbeda pula. Jika warga belajar ditanya kenapa guru A banyak disenangi oleh anak didik, dapat ditebak bahwa jawabannya akan berkisar pada cara mengajarnya yang menarik. Ilustrasi tadi menggambarkan arti penting strategi atau teknik dalam melakukan suatu pekerjaan.
Sebagai seorang pendidik, salah satu hal penting yang harus dipersiapkan adalah mempunyai beberapa alternative dalam menggunakan strategi pembelajaran. Dengan asumsi peserta didik adalah orang yang sudah mampu berpikir kritis, dan dapat membedakan mana yang baik dan tidak baik untuk diri mereka. Di samping itu, peserta didik juga dapat menggnakan kemampuan otak mereka dalam belajar tanpa harus dipaksa. Berdasarkan alasan tersebut, seorang guru dapat menyampaikan materi pendidikan dengan strategi yang berbeda dan tentunya melibatkan peserta didik secara aktif. Hal ini dilakukan dengan tujuan agar peserta didik mempunyai kemandirian dalam belajar dan kalau bisa diusahakan untuk menumbuhkan daya kreatifitas sehingga mampu membuat inovasi – inovasi. Strategi pembelajaran ini umum disebut dengan Strategi Pembelajaran Aktif.

II. DEFINISI PEMBELAJARAN AKTIF
Pembelajaran Aktif adalah suatu pembelajaran yang mengajak peserta didik untuk belajar secara aktif. Ketika peserta didik belajar dengan aktif, berarti mereka yang mendominasi aktifitas pembelajaran. Dengan ini mereka secara aktif menggunakan otak, baik untuk menemukan ide pokok materi pelajaran, memecahkan persoalan, atau mengaplikasikan apa yang baru mereka pelajari ke dalam satu persoalan yang ada dalam kehidupan nyata. Dengan belajar aktif ini, peserta diajak untuk turut serta dalam semua proses pembelajaran, tidak hanya mental akan tetapi melibatkan fisik. Dengan cara ini biasanya peserta didik akan merasakan suasana yang lebih menyenangkan sehingga hasil belajar dapat dimaksimalkan.
Belajar aktif itu sangat diperlukan oleh peserta didik untuk mendapatkan hasil belajar yang maksimum. Ketika peserta didik pasif, atau hanya menerima dari pengajar, ada kecenderungan untuk cepat melupakan apa yang telah diberikan. Oleh sebab itu, diperlukan perangkat tertentu untuk dapat mrngikat informasi yang baru saja diterima dari guru. Belajar aktif adalah salah satu cara untuk mengikat informasi yang baru kemudian menyimpannya dalam otak. Mengapa demikian? Karena salah satu factor yang menyebabkan informasi cepat dilupakan adalah factor kelemahan otak manusia itu sendiri. Belajar yang hanya mengandalkan indra pendengaran mempunyai beberapa kelemahan, padahal hasil belajar seharusnya disimpan sampai waktu yang lama. Ketika ada informasi yang baru otak manusia tidak hanya menerima dan menyimpan saja, akan tetapi otak manusia akan memproses informasi tersebut kemudian dicerna dan disimpan. Karena itu jika ada sesuatu yang baru, otak akan bertanya, pernahkah saya mendengar sebelumnya? Dimana kira-kira informasi ini kan diletakkan? Dan pertanyaan-pertanyaan lain yang intinya mempertanyakan setiap informasi baru yang masuk. Agar otak dapat memproses informasi dengan baik, maka akan sangat membantu kalau terjadi proses refleksi secara internal. Jika peserta didik diajak berdiskusi, menjawab pertanyaan atau membuat pertanyaan, maka otak mereka akan bekerja lebih baik sehingga proses belajarpun dapat terjadi dengan baik pula. Dan memberi pertanyaan kepada peserta didik atau menyuruh mereka untuk mendiskusikan materi yang baru saja diberikan juga mampu meningkatkan nilai evaluasi dengan kenaikan yang signifikan.

Ada yang mengatakan bahwa otak manusia itu mirip computer sedangkan manusia adalah penggunanya. Komputer tidak akan dapat digunakan jika tidak dalam kondisi “on”, artinya computer harus dalam keadaan hidup jika akan digunakan untuk bekerja. Kondisi ini tidak jauh berbeda dengan otak manusia. Otak tidak akan dapat memproses informasi yang masuk, kalau otak itu tidak dalam kondisi “on”. Kalu computer memerlukan software (program) untuk memproses data, maka otak memerlukan sesuatu yang dapat dipakai untuk menghubungkan antara informasi yang baru diajarkan dengan informasi yang telah dimiliki. Jika belajar itu pasif, otak tidak dapat menghubungkan antara informasi yang baru dengan yang lam. Selanjutnya, computer tidak tidak dapat memanggil data yang tidak disimpan. Otak perlu beberapa langkah untuk dapat menyimpan informasi. Langkah-langkah itu bisa berupa pengulangan informasi, mempertanyakan informasi atau mengajarkan kepada orang lain. Pertimbangan lain untuk menggunakan strategi pembelajaran aktif adalah realita bahwa peserta didik mempunyai cara belajar yang berbeda-beda. Ada peserta didik yang elbih senang membaca, ada yang senang berdiskusi dan ada juga yang senang praktek langsung. Inilah yang sering disebut dengan gaya belajar atau learning style. Untuk dapat membantu peserta didik dengan maksimal dalam belajar, maka kesenangan dalam belajar sebisa mungkin diperhatikan. Untuk dapat mengakomodir kebutuhan tersebut adalah dengan menggunakan variasi strategi pembelajaran yang beragam yang melibatkan indera belajar yang banyak.
Dari sisi pengajar sebagai penyampai materi, strategi pembelajaran aktif akan sangat membantu dalam melaksanakan tugas-tugas keseharian. Bagi pengajar yang sibuk mengajar, strategi ini dapat dipakai dengan variasi yang tidak membosankan. Seandainya ada seorang pengajar yang sibuk, yang harus mengajar tiga kelas atau bahkan empat kelas dalam satu hari, dapat dibayangkan betapa lelahnya guru tersebut kalau harus berceramah. Di samping itu, filosofi mengajar yang baik adalah bukan sekedar mentransfer pengetahuan kepada peserta didik supaya dapat belajar. Kalau ini dihayati, maka pengajar tidak lagi menjadi pemeran sentral dalam proses pembelajaran.




III. BEBERAPA STRATEGI PEMBELAJARAN AKTIF
Beberapa Strategi Pembelajaran Aktif tersebut antara lain :
1. Pengalaman Penting (Critical Insiden)
Strategi ini digunakan untuk memulai kegiatan pembelajaran. Tujuan dari penggunaan strategi ini adalah untuk melibatkan peserta didik sejak awal dengan melihat pengalaman mereka. Langkah-langkah yang dilakukan antara lain dengan menyampaikan kepada peserta didik topic atau materi yang akan dipelajari dalam pertemuan tersebut, memberi kesempatan beberapa peserta didik untuk mengingat-ingat pengalaman mereka yang tidak terlupakan berkaitan dengan materi yang ada, kemudian sampaikan materi dengan mengaitkan pengalaman-pengalaman peserta didik dengan materi yang akan disampaikan. Strategi ini dapat digunakan dengan maksimal pada mata pelajaran yang bersifat praktis.
2. Tebak Pelajaran (Prediction Guide)
Ini adalah strategi yang digunakan untuk melibatkan peserta didik di dalam proses pembelajaran secara aktif dari awal sampai akhir. Dengan strategi ini peserta didik diharapkan dapat terlibat dalam pelajaran semenjak awal pertemuan dan tetap mempunyai perhatian ketika pengajar menyampaikan materi. Selama penyampaian materi peserta didik dituntut untuk mencocokkan prediksi-prediksi mereka dengan materi yang disampaikan oleh pengajar. Langkah-langkah yang dilakukan antara lain menentukan terlebih dahulu topic yang akan disampaikan, pengajar meminta peserta didik untuk menebak apa saja yang kira-kira akan mereka dapatkan dalam pelajaran itu, selama proses pembelajaran, peserta didik diminta untuk mengidentifikasi prediksi mereka yang sesuai dengan materi, kemudian tanyakan berapa prediksi mereka yang mengena di akhir pelajaran. Strategi ini dapat diterapkan untuk hampir semua mata pelajaran yang tidak bersifat aplikatif, seperti ilmu-ilmu eksakta.
3. Panduan Membaca (Reading Membaca)
Dalam beberapa kesempatan, sering terdapat kejadian bahwa materi tidak dapat diselesaikan di dalam kelas dan harus diselesaikan di luar kelas karena banyaknya materi. Dalam keadaan seperti ini strategi ini dapat digunakan secara optimal. Yaitu dengan membuat pertanyaan-pertanyaan yang akan dijawab pendidik atau buat kisi-kisi, bagan atau skema yang dapat diisi oleh mereka dari bahan bacaan yang sedang dipelajari. Tugas peserta didik adalah mempelajari bahan bacaan dengan menggunakan pertanyaan atau kisi-kisi yang ada. Batasi aktifitas ini sehingga tidak memakan waktu yang berlebihan, kemudian bahas pertanyaan atau kisi-kisi tersebut dengan menanyakan jawabannya kepada peserta didik.
4. Resume Kelompok (Group Resume)
Biasanya sebuah resume menggambarkan hasil yang telah dicapai oleh individu. Resume ini akan menjadi menarik untuk dilakukan dalam group dengan tujuan membantu peserta didik menjadi lebih akrab atau melakukan team building (kerjasama kelompok) yang anggotanya sudah saling mengenal sebelumnya. Kegiatan ini akan lebih efektif jika resume itu berkaitan dengan materi yang sedang diajarkan.
5. Pelajaran dimulai dengan pertanyaan (Learning Starts With a Question)
Belajar sesuatu yang baru akan lebih efektif jika peserta didik itu aktif dan terus bertanya ketimbang hanya menerima apa yang disampaikan oleh pengajar. Salah satu cara untuk membuat peserta didik belajar secara aktif adalah dengan membuat mereka bertanya tentang materi pelajaran sebelum ada penjelasan dari pengajar. Strategi ini dapat menggugah peserta didik untuk mencapai kunci belajar, yaitu bertanya.
6. Semua bisa jadi guru (Everyone is a Teacher Here)
Strategi ini sangat tepat untuk mendapatkan partisipasi kelas secara keseluruhan dan secara individual. Strategi ini memberi kesempatan kepada setiap peserta didik untuk berperan sebagai guru bagi kawan-kawannya. Dengan strategi ini, peserta didik yang selama ini tidak mau terlibat akan ikut serta dalam pembelajaran secara aktif
Dan strategi lainnya yang dipandang relevan dengan peserta didik dalam pembelajaran aktif
Berbicara mengenai strategi, tentu tidak terlepas dari metode. Dimana metode dalam strategi pembelajaran aktif juga menggunakan ceramah dan diskusi, metode yang sudah sangat populer di Indonesia bahkan juga di Negara-negara maju. Ada juga metode Rolling Play ( drama ), Latihan/training, problem solving, dan lain-lain.



IV. TAMAN PENDIDIKAN AL QUR’AN “IQRO” DAARUSSALAAM
 Dilatar belakangi dengan fenomena yang terjadi di pengajian anak-anak muda pada umumnya, dimana hasil pengamatan dapat disimpulkan bahwa problem umat Islam Indonesia yang cukup mendasar adalah prosentase generasi muda yang tidak mampu membaca Al Qur’an menunjukkan indikasi penurunan kualitas keimanan yang cukup signifikan. Generasi muda Islam dirasa semakin menjauhi Al Qur’an, dan di rumah-rumah semakin terasa sepi dari bacaan lantunan ayat-ayat suci Al Qur’an. Padahal kemampuan dan kecintaan membaca Al Qur’an merupakan modal dasar bagi upaya pemahaman dan pengamalan Al Qur’an. Problem kedua dirasakan pula bahwa lembaga-lembaga pendidikan dan pengajaran Al Qur’an yang ada, belum mampu mengatasi masalah tersebut. Pengajian anak-anak di kampung-kampung tiap ba’da maghrib dan isya, kini terlihat semakin berkurang kualitas dan kuantitasnya. Hal ini selain disebabkan karena factor guru ngaji yang semakin langka, dana terbatas, system penyelenggara yang apa adanya, juga disebabkan oleh pengaruh-pengaruh dari luar yang sangat kuat seperti TV, film, video CD, radio, teknologi komunikasi dan informasi lainnya, dan juga kesadaran orang tua terhadap pentingnya pemahaman anak-anak dan generasi muda mereka untuk mempertahankan akhlak dan moral yang baik semakin rendah. Sedangkan pengajaran Al Qur’an lewat pendidikan agama di Sekolah-sekolah formal sangat terbatas, sehingga sulit untuk menghantarkan anak didiknya sampai mampu membaca dan memahami Al Qur’an
 Berdasarkan fenomena-fenomena tersebut, maka generasi muda Islam yang tergabung dalam IKRARMUDA Masjid Agung Daarussalaam Cilacap mencoba memberikan perhatiannya terhadap problematika ini dan berusaha mewujudkan hadirnya sebuah Taman Pendidikan dan Pengajaran Al Qur’an di kota Cilacap. Harapan ingin terciptanya nilai-nilai Islam dari hadirnya kegiatan-kegiatan pengkajian dan pengajaran Al Qur’an di lingkungan Masjid Agung Daarussalaam Cilacap semoga menjadi barometer kehidupan Islam di Kabupaten Cilacap. Dengan niat dan semangat yang kuat dan mengambil beberapa strategi dan metode-metode pengajaran yang telah disempurnakan, didirikanlah Taman Pendidikan Al Qur’an (TPQ) “IQRO” Masjid Agung Daarussalaam Cilacap.
 Taman pendidikan Al-Quran adalah lembaga pendidikan dan pengajaran Islam untuk anak-anak dan remaja usia 5-15 tahun dan menjadi santri mampu membaca Al-Qur’an dengan benar menjadi target pokoknya.
Jadi, Taman Pendidikan Al-Qur’an (TPQ) memiliki definisi :
• Pengajian anak-anak dalam bentuk baru dengan metode praktis di bidang pengajaran membaca Al-Qur’an yang dikelola secara profesional.
• Milik semua umat Islam. Siapapun dan dari organisasi manapun boleh/baik membina dan mengembangkannya. Jadi, TPQ bukan hanya hak monopoli golongan tertentu.
Tujuan didirikannya Taman Pendidikan Al-Qura’an “IQRO” Masjid Agung Daarussalaam adalah:
• Menciptakan generasi Qur’ani yang mencintai Al-Quran serta berkeinginan kuat untuk belajar dan mengajarkannya.
• Menyiapkan bekal bagi terciptanya generasi yang sholih dan sholihah, bertaqwa kepada Allah SWT, berbakti kepada orang tua, berguna bagi nusa dan bangsa.
  Dan targetnya adalah memberikan pengajaran Al-Qur’an dengan benar sesuai dengan kaidah-kaidahilmu tajwid kepada anak-anak dan generasi muda di kota Cilacap pada khususnya dan generasi muda Islam pada umumnya.
 Tempat penyelenggaraan TPQ “IQRO” Masjid Agung Daarussalaam Cilacap bertempat di Ruang Ikrar Muda Masjid Agung Daarussalaam Cilacap lantai 2.
Keberadaan TPQ merupakan penunjang pendidikan agama Islam pada lembaga pendidikan-pendidikan formal. Oleh karena itu penyelenggaraanya adalah pada siang atau sore hari diluar jam sekolah.
Waktu pelaksanaan dan Lama Pendidikan :
 3 hari dalam satu pekan: Senin, Rabu, dan Jumat
 Setiap pertemuan berlangsung selama 90 menit (16.00-17.00)
 Pendidikan berlangsung selama 1 tahun yang terbagi dalam 2 semester.
 Awal tahun ajaran dimulai pada 1 Muharram 1429 H.
Sesuai dengan tujuan dan target berdirinya TPQ ini maka materi pengajaran dibagi menjadi 2 yaitu materi pokok ialah materi pokok yang harus benar-benar dikuasai oleh tiap santri dan menjadi tolak ukur kelulusan dan materi penunjang ialah materi yang penting pula sebagai alat ukur perkembangan santri.
Materi pokoknya adalah belajar Al-Quran dengan hukum-hukum tajwidnya dengan menggunakan iqro 1-6 susunan Ustad As’ad Humam. Bila seorang santri telah menyelesaikan jilid 6 dengan baik, dapat dipastikan ia telah mampu membaca Al-Qur’an dengan baik dan benar. Untuk kelanjutannya mulai tadarrus Al-Quran dari juz 30. Materi penunjang terdiri dari materi hafalan bacaan sholat, hafalan surat-surat pendek, doa sehari-hari, dan ayat-ayat pilihan. Selain itu menulis huruf-huruf Al Qur’an, bermain, bercerita dan bernyanyi yang memuat nilai-nilai aqidah, akhlak, dan ibadah.
Sedangkan strategi yang masih digunakan adalah Cara Belajar Siswa Aktif (CBSA) yang dilaksanakan secara klasikal dan privat. Metode Ceramah masih mendominasi kegiatan belajar mengajar, namun masih tetap melibatkan peserta didik/santri dalam diskusi dan Tanya jawab. Bermain, bercerita dan bernyanyi yang memuat nilai-nilai aqidah, akhlak, dan ibadah juga menjadi solusi agar PBM tidak terkesan monoton dan santri tetap merasa nyaman dalam belajar. Evaluasi yang dilaksanakan di TPQ “IQRO” DAARUSSALAM menggunakan tes semester 2 kali setahun ( 2 semester ), pengadaan lomba-lomba religi yang berkaitan dengan materi pengajaran setiap akhirussanah

V. KESIMPULAN DAN PENUTUP
Berbicara mengenai sebuah strategi dan metode pembelajaran, akan sering dijumpai pertanyaan-pertanyaan yang berkaitan dengan alasan pemakaian. Ketika berbagai alasan dicoba untuk diketengahkan, tentunya tidak akan disampaikan alasan-alasan yang bersifat subyektif dan tendensius. Untuk mendapatkan alasan yang kuat dan rasional pelu dilihat dari sisi-sisi kekuatan dan kelemahannya, sehingga dapat diterima oleh orang banyak dan dapat digunakan dalam mencapai tujuan yang diharapkan. Dimana dalam pengajaran, seorang guru pasti mempunyai tujuan yang akan dicapai oleh peserta didik. Tujuan tersebut dapat dikategorikan menjadi beberapa kategori :
a. Mendapatkan pengetahuan
b. Mampu menyampaikan pendapat
c. Merubah sikap
d. Keahlian dalam bidang tertentu
Strategi dan metode pembelajaran akan berkaitan erat dengan tujuan yang akan dicapai. Seorang guru yang mengajarkan ilmu pengetahuan dengan tujuan agar peserta didiknya mendapatkan suatu pengetahuan yang bersifat kognitif, akan menggunakan strategi dan metode pembelajaran yang berbeda dengan orang lain atau dirinya sendiri ketika mengajar mata pelajaran yang bertujuan agar peserta didik mampu merubah sikap tertentu.
Secara umum, jika seorang guru bersifat antusias, ramah dan sangat tertarik pada subyek yang dibahas, maka peserta didik juga akan demikian. Seorang guru yang terampil akan memilih strategi dan metode yang terbaik untuk diadaptasikan pada tujuan belajarnya, tidak malah terpaku secara sempit pada satu strategi saja. Seperti halnya di TPQ “IQRO” DAARUSSALAAM yang usianya baru menginjak hampir satu tahun lebih, tetap berupaya meningkatkan kualitas PBM baik dari segi metode, maupun kualitas pengajar. Walaupun pada saat ini, metode yang diterapkan masih cukup relevan, seperti klasikal/ceramah dan privat.
Akhirnya, dengan rasa syukur Alhamdulillahirobbil ‘alamin penulisan makalah ini dapat terselesaikan. Walaupun masih banyak sekali kekurangan, harapan besar penulis adalah bisa memberikan manfaat, baik untuk diri pribadi maupun pembaca yang budiman. Untuk itu, kritikan dan masukan dari pembaca juga menjadi harapan besar penulis selanjutnya.





















REFERENCE:

• Hisyam Zaini, Bermawy Munthe, Sekar Ayu Aryani, (2008) Strategi Pembelajaran Aktif, Yogyakarta : Pustaka Insan Madani

• Ad. Rooijakkers, (1991) MENGAJAR DENGAN SUKSES, Petunjuk untuk Merencanakan dan Menyampaikan Pengajaran, Jakarta : PT Gramedia Widiasarana

• Proposal Pengadaan Taman Pendidikan Al Qur’an (TPQ) IQRO DAARUSSALAAM, Lembaga Pendidikan Islam IKRARMUDA Masjid Agung Daarussalaam

• Laporan Bulanan Taman Pendidikan Al Qur’an (TPQ) IQRO DAARUSSALAAM, Lembaga Pendidikan Islam IKRARMUDA Masjid Agung Daarussalaam

Senin, 16 Februari 2009

Cinta...

C I N T A>>>>>>>>;versikoe

Cinta selalu melahirkan keberanian. Keberanian untuk memperjuangkan cintanya, keberanian untuk mengatakan dan mengungkapkan perasaan.

Tapi aku?

Akulah yang barangkali patut dicap sebagai pengecut dan berlindung dibalik egoisme. Sampai kapan aku akan bertahan seperti ini???aku tidak tahu…

Aku berharap waktu akan membantuku mendapatkan…semoga kau mengerti,

Cinta tidak akan bermakna tanpa keberanian untuk memperjuangkannya, dan untuk memperjuangkan cinta harus diawali dengan kejujuran hati untuk mengakui bahwa aku memang mencintai, bahwa aku memang merindui, bahwa aku memang menyayangi, mengasihi dengan sepenuh hati dan diri.

Sudah kukatakan, aku tidak punya keberanian untuk menyebutkan namanya, mendengarkan suaranya, menatap wajahnya, membisikkan kata cinta agar ia tahu bahwa cinta ini lahir dari hati, sesuci embun pagi, seputih bidadari, cinta ini kubutuhkan untuk melengkapi hidup, menjadikanku manusia yang sesungguhnya, manusia yang tercipta karena cinta…

Cinta dan egoisme itu serupa, sama-sama ingin memiliki. Hanya saja, yang pertama disertai dengan pengertian…dan yang kedua dengan keangkuhan…
Dan yang ku inginkan dan sedang ku usahakan adalah cinta tanpa egoisme
untuk mu

Pendidikan Ketrampilan pada Sekolah Umum

I. PENDAHULUAN
Seluruh aspek kehidupan dewasa ini mengalami perubahan, dan hanya satu hal yang tidak berubah yaitu “perubahan” itu sendiri. Apa yang dipahami orang sebagai suatu pengetahuan yang baku ini dimasa lalu kini mulai terusik, dan dipertanyakan kembali. Seperangkat teori dalam disiplin ilmu apapun, kini mengalami pengkajian ulang, validasi dan bahkan revisi. Apalagi berbagai instrument teknis dan fasilitas dalam kehidupan keseharian kita, terasa begitu dimiliki dan digunakan, telah menjadi kuno atau old fashion. Fenomena yang demikian ini tak terkecuali juga terjadi dalam konteks pendidikan.
Secara umum disepakati bahwa pendidikan merupakan entitas yang mempunyai kontribusi besar untuk mewujudkan adanya perubahan. Yang menarik adalah pendidikan itu sendiri bergumul dengan perubahan dalam dirinya dan perubahan lain yang berada diluar dirinya. Dengan demikian, pendidikan sebenarnya hanya akan berhasil menciptakan perubahan secara terarah dan efektif, jika dia memenangkan pergumulan tersebut. Tegasnya, jika pendidikan justru ditinggalkan oleh perubahan -bertahan pada status quo- tentu akan sulit memerankan fungsinya yang paling vital, yaitu pemberdayaan manusia.
Sudah sejak tahun 1960-an masalah pendidikan kejuruan versus pendidikan umum menjadi pembahasan dalam proses pengambilan keputusan pendidikan. Pembicaraan tentang perbandingan antara pendidikan kejuruan dan pendidikan umum pun telah menjadi sorotan. Dalam pada itu, perkembangan pendidikan di Indonesia menunjukkan bahwa sebagian besar pemuda lulusan SD dan lulusan SMP lebih tertarik memasuki pendidikan umum dari pada memasuki pendidikan kejuruan . Gejala ini sebenarnya selaras dengan kanyataan bahwa lulusan sekolah menengah umum memiliki peluang yang luas, baik untuk mengikuti pendidikan maupun memasuki dunia kerja . Kenyataan tentang lebih besarnya arus masuk sekolah umum daripada ke sekolah kejuruan ini telah mendorong ditempuhnya kebijaksanaan untuk sedikit demi sedikit meniadakan sekolah kejuruan tingkat pertama dan mengubahnya menjadi sekolah umum . 
II. PENDIDIKAN KETRAMPILAN PADA SEKOLAH UMUM
A. Hakikat Pendidikan Ketrampilan pada Sekolah-Sekolah Umum
Rencana untuk memasukkan pendidikan keterampilan secara intensif pada sekolah-sekolah umum telah diterapkan secara resmi sejak permulaan Pelita II . Rencana tersebut dimaksudkan untuk memberikan keterampilan yang berguna bagi dirinya sendiri dan bagi masyarakat. Faktor lain yang mendorong ditingakatkannya pendidikan keterampilan pada sekolah umum, terutama SMP, adalah rencana untuk merintegrasikan sekolah-sekolah kejuruan tingkat lanjutan pertama ke dalam SMP . Keputusan terakhir ini didasarkan etas kenyataan badwa sebagian besar lulusan sekolah-sekolah kejuruan tingkat pertama meneruskan ke tingkat pendidikan yang lebih tinggi . Sejak tahun 1970-an, melalui Basic memorandum, dunia pendidikan Indonesia telah diperkenalkan kepada tiga dimensi tujuan pendidikan yaitu: nilai dan sikap, kecerdasan dan pengetahuan, serta keterampilan, Taksonomi yang telah secara intensif ini telah menjadi bagian kekayaan istilah dalam pendidikan Indonesia dan secara operasional telah dijadikan kerangka dalam perencanaan dan pengembangan kurikulum. Dua di antara ketiganya telah sering mendapatkan tekanan yaitu pendidikan sikap dan nilai, serta pedidikan pendidikan keterampiln. Hampir semua orang, terutama di luar kelompok akademis dan professional pendidikan, selalu menguatkan perlunya penguatan pendidikan moral dan pendidikan keterampilan, tetapi jarang menyinggung masalah pembinaan kecerdasaan .
Sejarah kebudayaan Indonesia telah mewariskan cara berfikir yang memisah-misahkan ketiga dimensidari satu kepribadian yang utuh ini . Sistem kasta yang diwariskan oleh kebudayaan Hindu yang membagi masyarakat secara ketat dalam kelompok Brahma, Satrya, Waysia dan Sudra dapat ditafsirkan menurut jenis pekerjaannya ./ Pendewaan pekerjaan berbaju putih edan memandang rendah pekerjaan berbaju biru yang sebelumnya sudah berakar pad system feudal dan kemudian diperkuat selama masa penjajahan, belum terkikis sampai sekarang . Kebudayaan semacam ini telah melahirkan suatu masyarakat statis dan kurang kreatif . Dalam masyarakat demikian, tukang tidak imajinatif dan pemikir tidak dapat bertukang . Mungkin salah satu sebab yang melatarbelakangi jurang tingkat kebudayaan yang tinggi pada zaman Borobudur dan stagtinasi kebudayaan pada zaman sesudahnya adalah karena pemikir kita duduk di menara gading dan tukang hanya menjadi monopoli mereka yang kurang beruntung . Kedua dunia mereka tidak bertemu .
Menyadari latar belakang sejarah secara singkat diutarakan di atas, kita harus memanfaatkan masuknya pendidikan keterampilan ke dalam sekolah-sekolah umum untuk membantu lahirnya suatu masyarakat yang harmonis, yakni suatu masyarakat di mana para pemikir tidak duduk di menara gading melainkan selalu mampu mengatasi masalah-masalah actual dan para teknisi dari tngkat tinggi sampai kepada tukang tidak dikungkungoleh spesialisasi dan kurang kreatif, melainkan penuh imaginasidan kreatif . Bila penekanan pendidikan keterampilan tidak diimbangi dengan pendidikan kecerdasan, maka ditakutkan akan lahir generasi tukang-tukang dan menjadikan bangsa ini kembali menjadi bangsa kuli . Sebaliknya pendidikan kecerdasan yang kering, dan tidak dihubungkan dengan pembinaan kemampuan untuk menggunakan kecerdasan secara operasional praktis akan melahirkan kembali pemikir-pemikir yang puas diri engan pemikirannya yang abstrak dan tidak memiliki kemampuan untuk menerjemahkan pengetahuan teoristisnya memecahkan masalah-masalah nyata . Mungkin orang akan heran bila mengetahui misaknya ada insinyur yang tidak pernah, dan takut bekerja di lapangan praktik, karena dalam proses pendidikannyatiodak pernah dihadapkan kepada kenyataan praktik . Dan banyak orang yang akan kaget bila ada lulusan pendidikan guru yang merasa canggung, tak berani, untuk mengajarkan yang selama bertahun-tahun dipelajarinya, kepada anak-anak SMP . Dan tidak semua orang menyadari betapa dalam masyarakat yang terkenal tinggi kebudayaannya seperti Indonesia tercinta ini, sukar diperoleh literatur tentang teknik-teknik yang melahirkan karya-karya tersebut sebagai bahan pelajaran sekolah-sekolah industry kerajinan . Gambaran ini mungkin dapat dijadiakan bukti betapa tukang dan pemikir/pencipta tidak bertemu .
Istilah mengintegrasikan pendidikan keterampilan ke dalam program pendidikan sekolah-sekolah umum hendaknya diartikan benar-benar sebagai usaha untuk mengintegrasikan pendidikan umum yang bersifat akademis dengan pendidikan keterampilan sebagai uasaha untuk meniadakan kekakuan hubungan antara dua dunia yang secara singkat disinggungkan di atas, dengan perkiraan akibatnya. Selama pendidikan kejuruan diselenggarakan secara terpisah dari pendidikan umum, sukar untuk meniadakan kesan bahwa pendidikan pada sekolah-sekolah umum lebih menekankan kecerdasan . Karena itu sifat pendidikan keterampilan pada sekolah umum hendaknya tetap bersifat pendidikan bukan latihan keterampilan . Perbedaan yang hakiki antara pendidikan keterampilan dengan latihan keterampialn adalah bahwa pendidikan keterampilan memberikan tekanan kepada pengaruh proses belajar yang diikutinya pada terbinanya sikap dan kemampuan umum, sedangkan katihan keterampilan lebih ditujukan kepada penguasaan teknik-teknik khusus untuk sesuatu jenis keterampialn . Ini tidak berarti bahwa pendidikan keterampialn pada sekolah umum tidak mengenal latihan melainkan bahwa latihan yang diberikan meripakan usaha penguatan dari penguasaan kemampuan umum dan terbinanya sikap positif terhadap pekerjaan praktis, sedangkan pada latihan keterampilan, latihan adalah titik berat utamanya . 
Sebagai contoh pendidikan keterampilan dalam bidang pertanian pada SMP, apalagi SMA, jangan sampai diarahkan kepada latihan bertani seperti mencangkul dan menyirami tanaman semata-mata, melainkan hendaknya digunakan untuk menghubungkan pelajaran botani denagn praktik dan usaha peningkatan usaha pertanian . Latihan mencangkul dan menyirami tanaman secara sisrematis hendaknya dimaksudkan untuk membeerikan pengetahuan permulaan tentang tingkat kegemburan tanah dan cara menggemburkan tanah supaya tanaman dapat tumbuh dengan baik. Demikian juga tentang hubungan sinar matahari, air, dan pupuk bagi pertumbuhan tanaman. Cara pendidikan yang demikian kiranya tidak sama dengan latihan mencangkul yang dapat diberikan oleh petani penggarap yang baik, demikian juga tidak samaa dengan latihan, menyirami tanaman yang dapat dilakukan oleh tukang kebun yang tuna aksara . Bila pendidikan keterampilan di SMOP, apalagi di SMA, dilakukan sebagai yang dikemukakan terakhir ini hasilnya akan:
a. Membosankan anak-anak; dan
b. Kurang fungsional dalam rangka pembangunan manusia dan masyarakat Indonesia seutuhnya .
Misi pendidikan keterampilan pada sekolah-sekolah umum dengan demikian hendaknya diarahkan pada lahirnya generasi muda yang terampil, cerdas, dan berbudi . Kurangnya kecerdasan dalam arti yang sesungguhnya, pada bangsa kita di waktu yang lalu nampaknya merupakan latar belakang mengapa bangsa ini telah dapat dikuasai dan dipecah-pecah oleh bangsa asing yang datang dari jauh dalam jumlah yang sangat sedikit . Karena itu pendidikan keterampilan yang diintegrasikan tidak dan jangan sampai mengurangi pedidikan kecerdasan yang merupakan salah satu misi kemerdekaan bangsa . Bukankah negara ini, sebagai dinyatakan dalam UUD 1945, didirikan antara lain untuk mencerdaskan kehidupan bangsa? Nampaknya para pendiri Republik ini sadar akan akibat kurang cerdasnya bangsa Indonesia pada waktu yang lalu.
B. Peranan dan Fungsi Pendidikan Ketrampilan pada Sekolah Umum
Program pendidikan di Sekolah umum meliputi tiga kategori program: program pendidikan umum, program pendidikan akademis, dan program pendidikan ketrampilan. Ketiganya secara keseluruhan merupakan satu keutuhan bagi terbinanya manusia Indonesia seperti yang diharapkan oleh tujuan pendidikan nasional kita.
Pendidikan ketrampilan mendapat tugas utama untuk membina dimensi ketrampilan dari para lulusan. Ini tidak berarti bahwa pendidikan kecerdasan yang meliputi bidang-bidang pelajaran (bidang studi) Matematika, IPA, IPS, Bahasa, dan lain-lain tidak mendapatkan tugas untuk membina ketrampilan. Sebaliknya, dengan pendidikan ketrampilan unsure pembinaan penalaran tidak boleh juga dilupakan. Karena itu, ditekankan bahwa program pendidikan ketrampilan pada sekolah umum tidak identik dengan latihan ketrampilan. Ketiga komponen program pendidikan tersebut harus saling menunjang bagi lahirnya manusia Indonesia yang utuh, yaitu manusia yang abermoral pancasila, cerdas dan memiliki ketrampilan. Namun demikian dalam praktik pelaksanaannya harus memiliki penekanan tentang dimensi tujuan yang harus menjadi tanggungjawab utama masing-masing kategori program.
Peranan pendidikan ketrampilan pada sekolah umum akan jelas bila kita membandingkannya dengan peranan praktik kejuruan pada sekolah kejuruan. Pada sekolah kejuruan, program pendidikan teori kejuruan dimaksudkan sebagai latar belakang bagi dapatnya para siswa melakukan pekerjaan praktik kejuruan secara mantap. Pada sekolah umum, pendidikan ketrampilan dimaksudkan juga sebagai penguat pendidikan akademis. Jadi titik berat pendidikan pada sekolah umum memang tetap pada program pendidikan akademis. Secara singkat dapat dikatakan bahwa pendidikan ketrampilan juga berfungsi menunjang pembinaan kecerdasan dan sebaliknya pendidikan akademis pun perlu menunjang pelaksanaan program pendidikan ketrampilan.
Masyarakat sering mengeluh bahwa lulusan SMP dan SMA yang tidak dapat melanjutkan pendidikannya terlihat canggung dalam memasuki masyarakat. Gejala yang demikian menunjukkan bahwa sekolah-sekolah umum tersebut telah gagal membawa misi pendidikannya, baik dalam program pendidikan kecerdasan maupun pendidikan ketrampilan. Pendidikan ketrampilan yang diintegrasikan ke dalam program pendidikan pada sekolah umum dimaksudkan agar pendidikan akademis tidak hanya menghasilkan anak-anak yang hafal dengan rumus-rumus dan istilah-istilah dari berbagai cabang ilmu pengetahuan, melainkan anak-anak yang cerdas dalam arti yang sesungguhnya. Anak lulusan SMP yang cerdas diharapkan akan dapat memasuki masyarakat dengan penuh gairah karena dia sesungguhnya memiliki kemampuan logika sebagai hasil pendidikan IPA, IPS, Matematika, Bahasa, dan lain-lain untuk menjawab berbagai persoalan dalam kehidupan bermasyarakat. Lulusan tidak hanya dapat mencari jawaban atas pertanyaan mengapa , melainkan harus dapat mencari jalan pemecahannya. Kemampuan mencari pemecahan memerlukan pengalaman praktik. Untuk inilah, pendidikan ketrampilan diperlukan. Tidak hanya cukup dengan itu, melainkan perlu juga memiliki semangat dan keberanian untuk melaksanakannya. Untuk itulah program pendidikan umum yang meliputi pendidikan agama, pendidikan moral, kesenian serta olah raga dan kesehatan diharapkan dapat bersama-sama mengembangkan semangat untuk bertanggung jawab dan bekerja.
III. KESIMPULAN DAN PENUTUP
Dengan demikian, jelas bahwa pendidikan ketrampilan diharapkan dapat mengembangkan kemampuan untuk menjawab pertanyaan : “Bagaimana melaksanakannya?” Kemampuan menganalisis pertanyaan mengapa hendaknya menjadi tanggungjawab utama pendidikan akademis. Kemampuan mencari jawaban menjadi tanggungjawab utama pendidikan ketrampilan. Sedangkan yang harus menjadi motor penggerak untuk memungkinkannya seseorang bekerja keras guna memanfaatkan kecerdasan dan kemampuannya sesuai dengan rasa tanggungjawabnya pada diri sendiri dan pada masyarakat bangsanya ialah pendidikan umum yang antara lain meliputi pendidikan moral dan Agama. Karena itu, setiap program pendidikan memiliki fungsi ganda : pertama, secara langsung membina kemampuan (kecerdasan dan ketrampilan) dan sikap perorangan, kedua, secara tidak langsung dengan lahirnya generasi yang mampu dan bertanggungjawab serta berkemauan keras, dapat terbina masyarakat yang lebih baik. Dengan demikian, jelaslahkiranya bahwa pendidikan ketrampilan bukan dimaksudkan untuk melahirkan tukang-tukang yang hanya dapat bekerja kalau diberi pekerjaan melainkan tenaga-tenaga produktif yang cerdas dan berkemauan keras untuk maju dan membangun dirinya dan masyarakatnya. Generasi yang demikian kiranya akan mudah dididik lebih lanjut dan mendidik diri sendiri menjadi pekerja yang baik serta menjadi anggota masyarakat yang produktif dan enggan berpangku tangan. Inilah misi pendidikan ketrampilan pada sekolah-sekolah umum.
Sudah barang tentu dalam penulisan makalah ini masih banyak terdapat kekurangan dan jauh dari kata sempurna, namun penulis berharap makalah ini bisa bermanfaat dan sedikit sebagai sumbangsih pemikiran terhadap dunia pendidikan.












DAFTAR PUSTAKA
Ad. Rooijakkers, (1991), MENGAJAR DENGAN SUKSES, Petunjuk untuk merencanakan dan menyampaikan Pengajaran, PT. Gramedia Widiasarana : Jakarta
Dr. Soedijarto, M.A, (1993) Menuju Pendidikan Nasional yang Relevan dan Bermutu, Balai Pustaka : Jakarta
Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo, (1998) PBM-PAI DI SEKOLAH, Eksistensi Proses Belajar Mengajar Pendidikan Agama Islam, Pustaka Pelajar : Yogyakarta
http://kwarta.wordpress.com

Kamis, 12 Februari 2009

DERAP DERAP TASBIH

Hidup kita ini seperti tasbih. Awal dan akhir berada di tempat yang sama. Agar bisa begitu perlu perjuangan, bertahap, sabar melewati satu demi satu butiran tasbih. Itu sudah menjadi hukum kehidupan. Oleh karena itu, tasbih digunakan untuk dzikir, ingat siapa kita, dari mana kita, dan akan kemana kita.

Sebuah tasbih adalah sebuah kehidupan. Bukan tasbih namanya jika hanya terdiri dari satu butir, bukan kehidupan namanya jika hanya satu dimensi. Kehidupan akan sempurna dan indah bila telah melewati serangkaian untaian butiran suka, duka, derita, bahagia, gembira, gagal, sukses, pasang, surut. Untuk melewati semua itu, dibutuhkan keberanian, kesabaran, kekuatan, dan perjuangan untuk terus meniti, berjalan, mendaki. Sebab, seperti tasbih yang melingkar, kehidupanpun demikian. Kemanapun akan pergi dan berlari, tetap masih dalam lingkaran takdir Alloh. Dari NYA, kehidupan dimulai…dan kepada NYA akan berakhir.

Tasbih, juga bisa dimaknai cinta. Cinta adalah sisi lain yang tidak bisa dipisahkan dari kehidupan. Tasbih adalah keutuhan yang diikat pada sebuah simpul. Hal itu dilakukan agar butiran-butiran kecil dapat menyatu, saling bertautan, seimbang, dan bila dilihat tampak indah. Cinta juga akan menjadi indah jika diterima sebagai sebuah keutuhan. Mencintai adalah aktifitas berat yang membutuhkan keberanian untuk menerima yang dicintai dengan utuh. Sisi kelebihan dan kekurangannya.

Aku sekarang harus memutar tasbih kehidupan jika ingin sampai pada titik akhir, jari-jari langkahku tidak boleh berhenti. Sebab, jika aku berhenti, apa yang sudah aku lakukan selama ini akan menjadi sia-sia. Aku harus tetap melangkah melewati setiap butir kehidupan yang telah di sediakan NYA. Ini adalah kodrat yang tidak mungkin dihindari untuk sampai ketitik akhir..yang juga titik awal..