Senin, 16 Februari 2009

Pendidikan Ketrampilan pada Sekolah Umum

I. PENDAHULUAN
Seluruh aspek kehidupan dewasa ini mengalami perubahan, dan hanya satu hal yang tidak berubah yaitu “perubahan” itu sendiri. Apa yang dipahami orang sebagai suatu pengetahuan yang baku ini dimasa lalu kini mulai terusik, dan dipertanyakan kembali. Seperangkat teori dalam disiplin ilmu apapun, kini mengalami pengkajian ulang, validasi dan bahkan revisi. Apalagi berbagai instrument teknis dan fasilitas dalam kehidupan keseharian kita, terasa begitu dimiliki dan digunakan, telah menjadi kuno atau old fashion. Fenomena yang demikian ini tak terkecuali juga terjadi dalam konteks pendidikan.
Secara umum disepakati bahwa pendidikan merupakan entitas yang mempunyai kontribusi besar untuk mewujudkan adanya perubahan. Yang menarik adalah pendidikan itu sendiri bergumul dengan perubahan dalam dirinya dan perubahan lain yang berada diluar dirinya. Dengan demikian, pendidikan sebenarnya hanya akan berhasil menciptakan perubahan secara terarah dan efektif, jika dia memenangkan pergumulan tersebut. Tegasnya, jika pendidikan justru ditinggalkan oleh perubahan -bertahan pada status quo- tentu akan sulit memerankan fungsinya yang paling vital, yaitu pemberdayaan manusia.
Sudah sejak tahun 1960-an masalah pendidikan kejuruan versus pendidikan umum menjadi pembahasan dalam proses pengambilan keputusan pendidikan. Pembicaraan tentang perbandingan antara pendidikan kejuruan dan pendidikan umum pun telah menjadi sorotan. Dalam pada itu, perkembangan pendidikan di Indonesia menunjukkan bahwa sebagian besar pemuda lulusan SD dan lulusan SMP lebih tertarik memasuki pendidikan umum dari pada memasuki pendidikan kejuruan . Gejala ini sebenarnya selaras dengan kanyataan bahwa lulusan sekolah menengah umum memiliki peluang yang luas, baik untuk mengikuti pendidikan maupun memasuki dunia kerja . Kenyataan tentang lebih besarnya arus masuk sekolah umum daripada ke sekolah kejuruan ini telah mendorong ditempuhnya kebijaksanaan untuk sedikit demi sedikit meniadakan sekolah kejuruan tingkat pertama dan mengubahnya menjadi sekolah umum . 
II. PENDIDIKAN KETRAMPILAN PADA SEKOLAH UMUM
A. Hakikat Pendidikan Ketrampilan pada Sekolah-Sekolah Umum
Rencana untuk memasukkan pendidikan keterampilan secara intensif pada sekolah-sekolah umum telah diterapkan secara resmi sejak permulaan Pelita II . Rencana tersebut dimaksudkan untuk memberikan keterampilan yang berguna bagi dirinya sendiri dan bagi masyarakat. Faktor lain yang mendorong ditingakatkannya pendidikan keterampilan pada sekolah umum, terutama SMP, adalah rencana untuk merintegrasikan sekolah-sekolah kejuruan tingkat lanjutan pertama ke dalam SMP . Keputusan terakhir ini didasarkan etas kenyataan badwa sebagian besar lulusan sekolah-sekolah kejuruan tingkat pertama meneruskan ke tingkat pendidikan yang lebih tinggi . Sejak tahun 1970-an, melalui Basic memorandum, dunia pendidikan Indonesia telah diperkenalkan kepada tiga dimensi tujuan pendidikan yaitu: nilai dan sikap, kecerdasan dan pengetahuan, serta keterampilan, Taksonomi yang telah secara intensif ini telah menjadi bagian kekayaan istilah dalam pendidikan Indonesia dan secara operasional telah dijadikan kerangka dalam perencanaan dan pengembangan kurikulum. Dua di antara ketiganya telah sering mendapatkan tekanan yaitu pendidikan sikap dan nilai, serta pedidikan pendidikan keterampiln. Hampir semua orang, terutama di luar kelompok akademis dan professional pendidikan, selalu menguatkan perlunya penguatan pendidikan moral dan pendidikan keterampilan, tetapi jarang menyinggung masalah pembinaan kecerdasaan .
Sejarah kebudayaan Indonesia telah mewariskan cara berfikir yang memisah-misahkan ketiga dimensidari satu kepribadian yang utuh ini . Sistem kasta yang diwariskan oleh kebudayaan Hindu yang membagi masyarakat secara ketat dalam kelompok Brahma, Satrya, Waysia dan Sudra dapat ditafsirkan menurut jenis pekerjaannya ./ Pendewaan pekerjaan berbaju putih edan memandang rendah pekerjaan berbaju biru yang sebelumnya sudah berakar pad system feudal dan kemudian diperkuat selama masa penjajahan, belum terkikis sampai sekarang . Kebudayaan semacam ini telah melahirkan suatu masyarakat statis dan kurang kreatif . Dalam masyarakat demikian, tukang tidak imajinatif dan pemikir tidak dapat bertukang . Mungkin salah satu sebab yang melatarbelakangi jurang tingkat kebudayaan yang tinggi pada zaman Borobudur dan stagtinasi kebudayaan pada zaman sesudahnya adalah karena pemikir kita duduk di menara gading dan tukang hanya menjadi monopoli mereka yang kurang beruntung . Kedua dunia mereka tidak bertemu .
Menyadari latar belakang sejarah secara singkat diutarakan di atas, kita harus memanfaatkan masuknya pendidikan keterampilan ke dalam sekolah-sekolah umum untuk membantu lahirnya suatu masyarakat yang harmonis, yakni suatu masyarakat di mana para pemikir tidak duduk di menara gading melainkan selalu mampu mengatasi masalah-masalah actual dan para teknisi dari tngkat tinggi sampai kepada tukang tidak dikungkungoleh spesialisasi dan kurang kreatif, melainkan penuh imaginasidan kreatif . Bila penekanan pendidikan keterampilan tidak diimbangi dengan pendidikan kecerdasan, maka ditakutkan akan lahir generasi tukang-tukang dan menjadikan bangsa ini kembali menjadi bangsa kuli . Sebaliknya pendidikan kecerdasan yang kering, dan tidak dihubungkan dengan pembinaan kemampuan untuk menggunakan kecerdasan secara operasional praktis akan melahirkan kembali pemikir-pemikir yang puas diri engan pemikirannya yang abstrak dan tidak memiliki kemampuan untuk menerjemahkan pengetahuan teoristisnya memecahkan masalah-masalah nyata . Mungkin orang akan heran bila mengetahui misaknya ada insinyur yang tidak pernah, dan takut bekerja di lapangan praktik, karena dalam proses pendidikannyatiodak pernah dihadapkan kepada kenyataan praktik . Dan banyak orang yang akan kaget bila ada lulusan pendidikan guru yang merasa canggung, tak berani, untuk mengajarkan yang selama bertahun-tahun dipelajarinya, kepada anak-anak SMP . Dan tidak semua orang menyadari betapa dalam masyarakat yang terkenal tinggi kebudayaannya seperti Indonesia tercinta ini, sukar diperoleh literatur tentang teknik-teknik yang melahirkan karya-karya tersebut sebagai bahan pelajaran sekolah-sekolah industry kerajinan . Gambaran ini mungkin dapat dijadiakan bukti betapa tukang dan pemikir/pencipta tidak bertemu .
Istilah mengintegrasikan pendidikan keterampilan ke dalam program pendidikan sekolah-sekolah umum hendaknya diartikan benar-benar sebagai usaha untuk mengintegrasikan pendidikan umum yang bersifat akademis dengan pendidikan keterampilan sebagai uasaha untuk meniadakan kekakuan hubungan antara dua dunia yang secara singkat disinggungkan di atas, dengan perkiraan akibatnya. Selama pendidikan kejuruan diselenggarakan secara terpisah dari pendidikan umum, sukar untuk meniadakan kesan bahwa pendidikan pada sekolah-sekolah umum lebih menekankan kecerdasan . Karena itu sifat pendidikan keterampilan pada sekolah umum hendaknya tetap bersifat pendidikan bukan latihan keterampilan . Perbedaan yang hakiki antara pendidikan keterampilan dengan latihan keterampialn adalah bahwa pendidikan keterampilan memberikan tekanan kepada pengaruh proses belajar yang diikutinya pada terbinanya sikap dan kemampuan umum, sedangkan katihan keterampilan lebih ditujukan kepada penguasaan teknik-teknik khusus untuk sesuatu jenis keterampialn . Ini tidak berarti bahwa pendidikan keterampialn pada sekolah umum tidak mengenal latihan melainkan bahwa latihan yang diberikan meripakan usaha penguatan dari penguasaan kemampuan umum dan terbinanya sikap positif terhadap pekerjaan praktis, sedangkan pada latihan keterampilan, latihan adalah titik berat utamanya . 
Sebagai contoh pendidikan keterampilan dalam bidang pertanian pada SMP, apalagi SMA, jangan sampai diarahkan kepada latihan bertani seperti mencangkul dan menyirami tanaman semata-mata, melainkan hendaknya digunakan untuk menghubungkan pelajaran botani denagn praktik dan usaha peningkatan usaha pertanian . Latihan mencangkul dan menyirami tanaman secara sisrematis hendaknya dimaksudkan untuk membeerikan pengetahuan permulaan tentang tingkat kegemburan tanah dan cara menggemburkan tanah supaya tanaman dapat tumbuh dengan baik. Demikian juga tentang hubungan sinar matahari, air, dan pupuk bagi pertumbuhan tanaman. Cara pendidikan yang demikian kiranya tidak sama dengan latihan mencangkul yang dapat diberikan oleh petani penggarap yang baik, demikian juga tidak samaa dengan latihan, menyirami tanaman yang dapat dilakukan oleh tukang kebun yang tuna aksara . Bila pendidikan keterampilan di SMOP, apalagi di SMA, dilakukan sebagai yang dikemukakan terakhir ini hasilnya akan:
a. Membosankan anak-anak; dan
b. Kurang fungsional dalam rangka pembangunan manusia dan masyarakat Indonesia seutuhnya .
Misi pendidikan keterampilan pada sekolah-sekolah umum dengan demikian hendaknya diarahkan pada lahirnya generasi muda yang terampil, cerdas, dan berbudi . Kurangnya kecerdasan dalam arti yang sesungguhnya, pada bangsa kita di waktu yang lalu nampaknya merupakan latar belakang mengapa bangsa ini telah dapat dikuasai dan dipecah-pecah oleh bangsa asing yang datang dari jauh dalam jumlah yang sangat sedikit . Karena itu pendidikan keterampilan yang diintegrasikan tidak dan jangan sampai mengurangi pedidikan kecerdasan yang merupakan salah satu misi kemerdekaan bangsa . Bukankah negara ini, sebagai dinyatakan dalam UUD 1945, didirikan antara lain untuk mencerdaskan kehidupan bangsa? Nampaknya para pendiri Republik ini sadar akan akibat kurang cerdasnya bangsa Indonesia pada waktu yang lalu.
B. Peranan dan Fungsi Pendidikan Ketrampilan pada Sekolah Umum
Program pendidikan di Sekolah umum meliputi tiga kategori program: program pendidikan umum, program pendidikan akademis, dan program pendidikan ketrampilan. Ketiganya secara keseluruhan merupakan satu keutuhan bagi terbinanya manusia Indonesia seperti yang diharapkan oleh tujuan pendidikan nasional kita.
Pendidikan ketrampilan mendapat tugas utama untuk membina dimensi ketrampilan dari para lulusan. Ini tidak berarti bahwa pendidikan kecerdasan yang meliputi bidang-bidang pelajaran (bidang studi) Matematika, IPA, IPS, Bahasa, dan lain-lain tidak mendapatkan tugas untuk membina ketrampilan. Sebaliknya, dengan pendidikan ketrampilan unsure pembinaan penalaran tidak boleh juga dilupakan. Karena itu, ditekankan bahwa program pendidikan ketrampilan pada sekolah umum tidak identik dengan latihan ketrampilan. Ketiga komponen program pendidikan tersebut harus saling menunjang bagi lahirnya manusia Indonesia yang utuh, yaitu manusia yang abermoral pancasila, cerdas dan memiliki ketrampilan. Namun demikian dalam praktik pelaksanaannya harus memiliki penekanan tentang dimensi tujuan yang harus menjadi tanggungjawab utama masing-masing kategori program.
Peranan pendidikan ketrampilan pada sekolah umum akan jelas bila kita membandingkannya dengan peranan praktik kejuruan pada sekolah kejuruan. Pada sekolah kejuruan, program pendidikan teori kejuruan dimaksudkan sebagai latar belakang bagi dapatnya para siswa melakukan pekerjaan praktik kejuruan secara mantap. Pada sekolah umum, pendidikan ketrampilan dimaksudkan juga sebagai penguat pendidikan akademis. Jadi titik berat pendidikan pada sekolah umum memang tetap pada program pendidikan akademis. Secara singkat dapat dikatakan bahwa pendidikan ketrampilan juga berfungsi menunjang pembinaan kecerdasan dan sebaliknya pendidikan akademis pun perlu menunjang pelaksanaan program pendidikan ketrampilan.
Masyarakat sering mengeluh bahwa lulusan SMP dan SMA yang tidak dapat melanjutkan pendidikannya terlihat canggung dalam memasuki masyarakat. Gejala yang demikian menunjukkan bahwa sekolah-sekolah umum tersebut telah gagal membawa misi pendidikannya, baik dalam program pendidikan kecerdasan maupun pendidikan ketrampilan. Pendidikan ketrampilan yang diintegrasikan ke dalam program pendidikan pada sekolah umum dimaksudkan agar pendidikan akademis tidak hanya menghasilkan anak-anak yang hafal dengan rumus-rumus dan istilah-istilah dari berbagai cabang ilmu pengetahuan, melainkan anak-anak yang cerdas dalam arti yang sesungguhnya. Anak lulusan SMP yang cerdas diharapkan akan dapat memasuki masyarakat dengan penuh gairah karena dia sesungguhnya memiliki kemampuan logika sebagai hasil pendidikan IPA, IPS, Matematika, Bahasa, dan lain-lain untuk menjawab berbagai persoalan dalam kehidupan bermasyarakat. Lulusan tidak hanya dapat mencari jawaban atas pertanyaan mengapa , melainkan harus dapat mencari jalan pemecahannya. Kemampuan mencari pemecahan memerlukan pengalaman praktik. Untuk inilah, pendidikan ketrampilan diperlukan. Tidak hanya cukup dengan itu, melainkan perlu juga memiliki semangat dan keberanian untuk melaksanakannya. Untuk itulah program pendidikan umum yang meliputi pendidikan agama, pendidikan moral, kesenian serta olah raga dan kesehatan diharapkan dapat bersama-sama mengembangkan semangat untuk bertanggung jawab dan bekerja.
III. KESIMPULAN DAN PENUTUP
Dengan demikian, jelas bahwa pendidikan ketrampilan diharapkan dapat mengembangkan kemampuan untuk menjawab pertanyaan : “Bagaimana melaksanakannya?” Kemampuan menganalisis pertanyaan mengapa hendaknya menjadi tanggungjawab utama pendidikan akademis. Kemampuan mencari jawaban menjadi tanggungjawab utama pendidikan ketrampilan. Sedangkan yang harus menjadi motor penggerak untuk memungkinkannya seseorang bekerja keras guna memanfaatkan kecerdasan dan kemampuannya sesuai dengan rasa tanggungjawabnya pada diri sendiri dan pada masyarakat bangsanya ialah pendidikan umum yang antara lain meliputi pendidikan moral dan Agama. Karena itu, setiap program pendidikan memiliki fungsi ganda : pertama, secara langsung membina kemampuan (kecerdasan dan ketrampilan) dan sikap perorangan, kedua, secara tidak langsung dengan lahirnya generasi yang mampu dan bertanggungjawab serta berkemauan keras, dapat terbina masyarakat yang lebih baik. Dengan demikian, jelaslahkiranya bahwa pendidikan ketrampilan bukan dimaksudkan untuk melahirkan tukang-tukang yang hanya dapat bekerja kalau diberi pekerjaan melainkan tenaga-tenaga produktif yang cerdas dan berkemauan keras untuk maju dan membangun dirinya dan masyarakatnya. Generasi yang demikian kiranya akan mudah dididik lebih lanjut dan mendidik diri sendiri menjadi pekerja yang baik serta menjadi anggota masyarakat yang produktif dan enggan berpangku tangan. Inilah misi pendidikan ketrampilan pada sekolah-sekolah umum.
Sudah barang tentu dalam penulisan makalah ini masih banyak terdapat kekurangan dan jauh dari kata sempurna, namun penulis berharap makalah ini bisa bermanfaat dan sedikit sebagai sumbangsih pemikiran terhadap dunia pendidikan.












DAFTAR PUSTAKA
Ad. Rooijakkers, (1991), MENGAJAR DENGAN SUKSES, Petunjuk untuk merencanakan dan menyampaikan Pengajaran, PT. Gramedia Widiasarana : Jakarta
Dr. Soedijarto, M.A, (1993) Menuju Pendidikan Nasional yang Relevan dan Bermutu, Balai Pustaka : Jakarta
Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo, (1998) PBM-PAI DI SEKOLAH, Eksistensi Proses Belajar Mengajar Pendidikan Agama Islam, Pustaka Pelajar : Yogyakarta
http://kwarta.wordpress.com

1 komentar: