Kamis, 12 Februari 2009

DERAP DERAP TASBIH

Hidup kita ini seperti tasbih. Awal dan akhir berada di tempat yang sama. Agar bisa begitu perlu perjuangan, bertahap, sabar melewati satu demi satu butiran tasbih. Itu sudah menjadi hukum kehidupan. Oleh karena itu, tasbih digunakan untuk dzikir, ingat siapa kita, dari mana kita, dan akan kemana kita.

Sebuah tasbih adalah sebuah kehidupan. Bukan tasbih namanya jika hanya terdiri dari satu butir, bukan kehidupan namanya jika hanya satu dimensi. Kehidupan akan sempurna dan indah bila telah melewati serangkaian untaian butiran suka, duka, derita, bahagia, gembira, gagal, sukses, pasang, surut. Untuk melewati semua itu, dibutuhkan keberanian, kesabaran, kekuatan, dan perjuangan untuk terus meniti, berjalan, mendaki. Sebab, seperti tasbih yang melingkar, kehidupanpun demikian. Kemanapun akan pergi dan berlari, tetap masih dalam lingkaran takdir Alloh. Dari NYA, kehidupan dimulai…dan kepada NYA akan berakhir.

Tasbih, juga bisa dimaknai cinta. Cinta adalah sisi lain yang tidak bisa dipisahkan dari kehidupan. Tasbih adalah keutuhan yang diikat pada sebuah simpul. Hal itu dilakukan agar butiran-butiran kecil dapat menyatu, saling bertautan, seimbang, dan bila dilihat tampak indah. Cinta juga akan menjadi indah jika diterima sebagai sebuah keutuhan. Mencintai adalah aktifitas berat yang membutuhkan keberanian untuk menerima yang dicintai dengan utuh. Sisi kelebihan dan kekurangannya.

Aku sekarang harus memutar tasbih kehidupan jika ingin sampai pada titik akhir, jari-jari langkahku tidak boleh berhenti. Sebab, jika aku berhenti, apa yang sudah aku lakukan selama ini akan menjadi sia-sia. Aku harus tetap melangkah melewati setiap butir kehidupan yang telah di sediakan NYA. Ini adalah kodrat yang tidak mungkin dihindari untuk sampai ketitik akhir..yang juga titik awal..

Tidak ada komentar: