I. PENDAHULUAN
Tiap usaha mengajar sebenarnya ingin menumbuhkan atau menyempurnakan pola laku tertentu dalam diri peserta didik. Yang dimaksudkan dengan pola laku ialah kerangka dasar dari sejumlah kegiatan, yang lazim dilaksanakan manusia untuk bertahan hidup dan untuk memperbaiki mutu hidupnya dalam situasi kongkret. Kegiatan itu bisa berupa kegiatan rohani seperti mengamati, menganalisa, dan menilai keadaan dengan daya nalar. Bisa juga berupa kegiatan jasmani, yang dilakukan dengan tenaga dan ketrampilan fisik. Umumnya manusia bertindak secara manusiawi apabila kedua jenis kegiatan tersebut dibuat secara terjalin. Kegiatan jasmani didukung oleh kegiatan rohani dan sebaliknya.
Di samping menumbuhkan atau menyempurnakan pola laku, pengajaran bertujuan pula untuk menimbulkan kebiasaan. Kebiasaan dapat dirumuskan sebagai keterarahan, kesiapsiagaan di dalam diri manusia untuk melakukan kegiatan yang sama atau serupa atas cara yang lebih mudah tanpa memeras dan memboros tenaga. Kebiasaan akan timbul justru apabila kegiatan manusia baik yang rohani, maupun yang jasmani dilakukan berulang kali dengan sadar dan penuh perhitungan.
Tujuan tiap pengajaran adalah menimbulkan atau menyempurnakan pola laku dan membina kebiasaan, sehingga peserta didik terampil menjawab tantangan situasi hidup secara manusiawi. Dengan kata lain pengajaran ingin memekarkan kemampuan berpikir dan kemampuan bertindak serta kreativitas para peserta didik, sehingga menghadapi keadaan apapun, ia cukup sanggup mengamati keadaan , menilai keadaan, dan menentukan sikap serta tindakannya dalam keadaan tersebut.
Keadaan hidup manusia dalam masyarakat modern dewasa ini, berubah sangat pesat. Kalau dari jaman batu ke jaman perunggu, umat manusia membutuhkan ratusan ribu tahun, maka di jaman nuklir dan ruang angkasa ini, satu dasawarsa saja telah membawa perubahan yang membingungkan. Oleh sebab itu pengajaran di abad kita ini harus memperhatikan arus dan laju perubahan yang terjadi. Pengajaran perlu membina pola berpikir, ketrampilan dan kreativitas serta kebiasaan yang terbuka dan tanggap, yang mampu menyesuaikan diri secara manusiawi kepada perubahan.
Kalau tujuan mengajar adalah menumbuhkan dan menyempurnakan pola laku, membina kebiasaan dan kemahiran menyesuaikan diri kepada keadaan yang berubah-ubah, maka dibutuhkan strategi, metode, dan media pembelajaran yang harus mampu mendorong proses pertumbuhan dan penyempurnaan pola tingkah laku, membina kebiasaan dan mengembangkan kemahiran untuk menyesuaikan diri di jaman yang penuh dengan teknologi dan komunikasi.
II. PENDIDIKAN BERBASIS TEKNOLOGI
Perkembangan teknologi informasi beberapa tahun belakangan ini berkembang dengan kecepatan yang sangat tinggi, sehingga dengan perkembangan ini telah mengubah paradigma masyarakat dalam mencari dan mendapatkan informasi, yang tidak lagi terbatas pada informasi surat kabar, audio visual dan elektronik, tetapi juga sumber-sumber informasi lainnya yang salah satu diantaranya melalui jaringan Internet.
Salah satu bidang yang mendapatkan dampak yang cukup berarti dengan perkembangan teknologi ini adalah bidang pendidikan, dimana pada dasarnya pendidikan merupakan suatu proses komunikasi dan informasi dari pendidik kepada peserta didik yang berisi informasi-informasi pendidikan, yang memiliki unsur-unsur pendidik sebagai sumber informasi, media sebagai sarana penyajian ide, gagasan dan materi pendidikan serta peserta didik itu beberapa bagian unsur ini mendapatkan sentuhan media teknologi informasi, sehingga mencetuskan lahirnya ide tentang e-learning. e-Learning berarti pembelajaran dengan menggunakan jasa bantuan perangkat elektronika, khususnya perangkat komputer.
Di lembaga pendidikan, kehadiran perangkat komputer telah merupakan suatu hal yang harus dikondisikan dan disosialisasikan untuk menjawab tantangan dan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi. Komputer mempunyai peranan yang sangat penting dalam perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) yang mencakup tutor, tutee dan tools dalam implementasi dan aplikasi bidang ilmu lain maupun dalam pengembangan IPTEK itu sendiri. Hal ini dipertegas oleh BJ Habibie bahwa dewasa ini tidak ada satu disiplin ilmu pengetahuan yang tidak menggunakan cara berfikir analitis, matematis, dan numerik. Kenyataan ini menunjukan bahwa peran komputer akan menjadi keharusan yang tidak bisa ditawar, terutama dalam penataan kemampuan berfikir, bernalar dan pengambilan keputusan dalam era persaingan yang sangat kompetitif. Salah satu kompetensi proses belajar mengajar bagi seorang pengajar adalah keterampilan mengajak dan membangkitkan peserta didik berpikir kritis. Kemampuan itu didukung oleh kemampuan pengajar dalam menggunakan media ajar. Selain pemanfaatan teknologi computer, juga penggunaan media elektronik lain seperti CD/VCD/DVD, Televisi, Radio, dan lain-lain yang bermuatan pendidikan.
III. MENUMBUHKAN KREATIFITAS PESERTA DIDIK MELALUI PEMBELAJARAN BERBASIS TEKNOLOGI
Peranan pengajar sebagai motivator penting artinya dalam rangka meningkatkan kegairahan dalam pengembangan kegiatan belajar peserta didik, pengajar harus dapat merangsang dan memberikan dorongan serta reinforcement untuk mendinamisasikan potensi peserta didik, menumbuhkan aktivitas dan kereativitas sehingga terjadi dinamika di dalam proses belajar mengajar.
Media dan teknologi dalam dunia pendidikan berkembang seiring dengan perkembangan dan kemajuan teknologi. Dalam pendidikan terdapat 5 elemen media yang penting yaitu; direct human contact (face to face), teks (termasuk grafik), audio, video dan komputasi. Dalam mengimplementasikan teknologi pendidikan harus banyak bersentuhan dengan usaha melakukan inovasi dan cara-cara baru dalam peningkatan efektifitas pembelajaran akan sangat dipengaruhi oleh perkembangan teknologi informasi termasuk komputer. Merefleksikan perkembangan penggunaan teknologi sejak tahun 1980 terus berkembang seperti DVD (Digital Video Disc), video conferencing, electronic mail, computer conferencing, computer base multimedia, remote interactives data bases dan sebagainya. Sehingga, bisa ditarik kesimpulan, pengadaan fasilitas media elektronik seperti yang penulis sebutkan tadi adalah sebuah keniscayaan, minimal computer. Karena komputer memiliki nilai strategis dan berpengaruh terhadap semua alat dan media dalam pembelajaran baik audio maupun video.
Di samping ketersediaan fasilitas, untuk dapat memaksimalkan hasil belajar peserta didik juga perlu bersikap kreatif, tidak hanya menggantungkan kepada fasilitas yang ada di sekolah. Pendidik memberikan arahan kepada peserta didik perlu belajar mandiri di rumah ataupun di mana saja baik dari teman-teman, buku latihan maupun dari
Tugas dan kegiatan yang diberikan antara lain membuat tulisan atau artikel yang bersumber dari internet, menganalisis sebuah film yang relevan dengan materi pelajaran kemudian mempresentasikannya, membuat karya video ( seperti film documenter ) yang mendukung maple, dan lain sebagainya.
IV. KESIMPULAN DAN PENUTUP
Media adalah segala sesuatu yang dapat menyalurkan informasi dari sumber informasi kepada penerima informasi. Sedangkan pembelajaran adalah usaha guru untuk menjadikan siswa melakukan kegiatan belajar. Dengan demikian media pembelajaran adalah segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyalurkan informasi dari guru ke siswa sehingga dapat merangsang pikiran, perasaan, perhatian dan minat siswa dan pada akhirnya dapat menjadikan siswa melakukan kegiatan belajar. Manfaat media pembelajaran tersebut adalah: penyampaian materi pembelajaran dapat diseragamkan, proses pembelajaran menjadi lebih jelas dan menarik, proses pembelajaran menjadi lebih interaktif, efisiensi dalam waktu dan tenaga, meningkatkan kualitas hasil belajar siswa, memungkinkan proses belajar dapat dilakukan di mana saja dan kapan saja, menumbuhkan sikap positif siswa terhadap materi dan proses belajar serta mengubah peran guru ke arah yang lebih positif dan produktif.
Perkembangan media komunikasi mengalami kemajuan yang sangat pesat akhir-akhir ini. Hal ini diawali dari penemuan alat cetak oleh Guntenberg pada abad ke
Penggunaan alat media dalam pendidikan melalui dengan gerakan “audio-visual aids“ pada tahun 1920-an di Amerika Serikat. Sebagai “aids“ alat-alat itu dipandang sebagai pembantu guru dalam mengajar, sebagai ekstra atau tambahan yang dapat digunakan oleh guru bila dikehendakinya. Namun pada tahun 1960-an timbul pikiran baru tentang penggunaannya, yang dirintis oleh Skinner dengan penemuannya “ programmed instruction“ atau pengajaran berprograma. Dengan alat ini anak dapat belajar secara individual. Jadi alat ini bukan lagi sekedar alat bantuan tambahan akan tetapi sesuatu yang digunakan oleh anak dalam proses belajarnya. Belajar beprograma mempunyai pengaruh yang besar sekali pada perkembangan teknologi pebdidikan. Di Ameriks Serikat teknologi pendidikan dipandang sebagai media yang lahir dari revolusi media komunikasi yang dapat dimanfaatkan untuk tujuan pendidikan di samping, guru, buku, dan papan tulis. Di Inggris teknologi pendidikan dipandang sebagai pengembangan, penerapan, dan sistem evaluasi, teknik dan alat-alat pendidikan untuk memperbaiki proses belajar. Teknologi pendidikan adalah pendekatan yang sistematis terhadap pendidikan dan latihan, yakni sistematis dalam perumusan tujuan, analisis dan sintesis yang tajam tentang proses belajar mengajar. Teknologi pendidikan adalah pendekatan “problem solving“ tentang pendidikan. Namun kita masih sedikit tahu apa sebenarnya mendidik dan mengajar itu.
Teknologi pendidikan bukanlah terutama mengenai alat audio-visual, komputer, dan internet. Walaupun alat audio-visual telah jauh perkembangannya, dalam kenyataan alat-alat ini masih terlampau sedikit dimanfaatkaan. Pengajaran masih banyak dilakuakan secara lisan tanpa alat audio-visual, komputer, internet walaupun tersedia. Dapat dirasakan kesulitan-kesulitan yang dihadapi dalam menjalankan resource-based learning “atau belajar dengan menghadap anak-anak langsung dengan berbagai sumber, seperti buku dalam perpustakaan, alat audio-visual, komputer, internet dan sumber lainya. Kesulitan juga akan dihadapi dalam pengadminitrasiannya. Ciri-ciri belajar berdasarkan sumber, diantaranya (1) Belajar berdasarkan sumber (BBS ) memanfaatkan sepenuhnya segala sumber informasi sebagai sumber bagi pelajaran termasuk alat-alat audio visual dan memberikan kesempatan untuk merencanakan kegiatan belajar dengan mempertimbangkan sumber-sumber yang tersedia . Ini tidak berarti bahwa pengajaran berbentuk ceramah ditiadakan. Ini berari bahwa dapat digunakan segala macam metode yang dianggap paling serasi untuk tujuan tertentu. (2) BBS (belajar berdasarkan sumber) berusaha memberi pengertian kepada murid tentang luas dan aneka ragamnya sumber-sumber informasi yang dapat dimanfaatkan untuk belajar. Sumber-sumber itu berupa sumber dari masyarakat dan lingkungan berupa manusia, museum, organisaisi, dan lain-lain bahan cetakan, perpustakaan, alat, audio-visual ,dan sebagainya. Mereka harus diajarkan teknik melakukan kerja-lapangan, menggunakan perpustakaan, buku referensi, komputer dan internet sehingga mereka lebih percaya akan diri sendiri dalam belajar
Tidak ada komentar:
Posting Komentar